Ke Bogor

Akhir pekan kemarin, saya dan keluarga ke Bogor. Wah seru juga, liburan akhir pekannya. Saya menemani istri yang begitu semangat sekali, berenang di pagi hari. Ini jadi berenangnya yang pertama, setelah berenangnya yang terakhir – seminggu sebelum melahirkan.

Bogor, adalah kota angkot. Banyak pisan euy angkot di kota ini. Malah saya sempat lihat ada angkot ditempeli stiker “Shift C”. Belum lama jalan, ketemu lagi angkot “Shift A”. Walah, kalau begini apa artinya semua shift jalan bersamaan? Lalu apa gunanya?

Sebenarnya saya ingin ke Istana Bogor, eh lalu dikoreksi istri maksudnya Kebun Raya Bogor kali. Karena belum ada yang pernah ke sini, jadilah jalan memutar dulu. Coba cari tempat parkir dan pintu masuk yang nyaman. Ternyata…. tidak ketemu. Yay, sayang deh. Padahal dilihat dari jalan memutar, Kebun Raya Bogor ini sangat luas sekali. Akan jadi wisata hijau yang menarik. Ada yang bisa memberi tahu tempat parkir yang nyaman dan tak jauh dari tempat masuk Kebun Raya Bogor?

Saat lewat Istana Bogor, banyak sekali rusa-rusa di halaman. Ada yang bersantai di bawah pohon, ada juga yang asyik merumput. Tapi sayangnya, sepertinya pengunjung umum tak boleh masuk ke Istana Bogor ini deh. Ternyata eh ternyata, Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor itu saling berhimpitan. Saya baru tahu. Ke mana aja ya?

Dalam perjalanan pulang, ternyata Bogor tak jauh dari tempat kami tinggal sekarang. Malah, bisa dibilang Bogor lebih dekat daripada ke Jakarta. Apa sekarang saatnya bermain ke Bogor saja?

Bepergian ke Bogor, saya merasa bayang-bayang Jakarta lebih jauh jika dibandingkan dengan Depok. Tentu, Bogor kan memiliki sejarah yang lebih panjang dibanding Depok. Ah, namun bayang-bayang Jakarta memang terlalu kuat. Bandung yang jaraknya hingga 150 kilometer pun tertarik juga.